Search this blog


Bermimpilah besar karena Rajamu besar...Anak Kerajaan tidak takut dengan kata orang, tetapi melekatkan hatinya pada Sang Raja...Bukan engkau yang hebat, tetapi Rajamu yang hebat
Photobucket

[DUPAWANGI] TEKANAN HIDUP

Mungkin tidak banyak di antara kita yang menanggapi pelbagai tekanan dari gaya hidup di sekitar kita dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. kita bergumul menyangkut diri sendiri, ekonomi, perusahaan, atau keadaan negara yang di rasa tidak memuaskan. Dapatkah orang-orang percaya menikmati sukacita di tengah-tengah pelbagai keadaan yang sulit?
Yusuf, anak Yakub, mengalami ketidakpastian hidup selama tiga belas tahun. Ia dibuang oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak belian, menjadi pelayan di rumah seorang pejabat istana, dan akhirnya menjadi narapidana yang di lupakan!

Wajar saja seandainya Yusuf merasa marah kepada orang-orang itu dan kepada Tuhan. Mungkin dia merasa kering dan frustasi atas semua tragedi yang menimpanya. Tetapi, Yusuf tidak membiarkan dirinya dipahitkan oleh semua itu!
Saya yakin Yusuf tampak segar berseri-seri meskipun yang dikenakannya hanyalah baju penjara yang sederhana. Ketika Firaun memanggilnya pada usia tiga puluhan, penampilannya jauh dari kesan loyo, frustasi, atau kepahitan. Ia sehat secara jasmani dan rohani. Ini menunjukkan bahwa Yusuf menikmati kehadiran Allah dalam pelbagai situasi. Ia sendiri tidak mengetahui kapan penderitaannya akan berakhir.
Simaklah kata-katanya ketika ia bertemu kembali dengan kakak-kakaknya. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar"
Allah sendiri yang mengubah jalan hidup Yusuf. Kerja keras tidak menjadikan karirnya lebih baik, sehingga ia menikmati saja semua jenis pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Ia tunduk terhadap setiap otoritas yang di tempatkan Allah dalam hidupnya. Ia melakukan segala sesuatunya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan. Ia memilih untuk takut kepada Tuhan dan taat kepada-Nya daripada di risaukan oleh masa depannya.
Sebagaimana pengalaman Yusuf, kitapun dapat menikmati kehidupan sehari-hari oleh karena kasih karunia Tuhan. Kerja keras, kekayaan, dan karir yang bagus bukanlah yang paling menentukan. kita tetap dapat menikmati kehadiran Allah dengan penuh sukacita entah seburuk apapun situasi ekonomi dan politik di negara kita. Keprihatinan kita yang mendalam tertuju pada dosa yang merajalela di sekitar kita dan banyak orang yang belum mendengar Injil.
Apakah keadaan kita senantiasa segar di dalam iman dan pengharapan ketika berdiri di hadapan-Nya?

0 komentar:

Posting Komentar